Vol. 7 No. 1 (2023): SMART #7 - Seminar on Architecture Research & Technology and GaBE #2 - Seminar Geodynamics and Built Environment
Budaya Nusantara bertumpu dan bertumbuh pada kesadaran yang sangat mendalam tentang relasi harmonis dengan alam. Alam adalah Ibu yang memberi kehidupan, memelihara kehidupan tempat manusia bergantung sepenuhnya pada belas kasihan dan kemurahannya. Sikap nilai serta pandangan hidup manusia kemudian terbentuk dalam suatu ekspresi budaya yang berpusat pada semesta dengan alam sekitar sebagai salah satu wujud manifestasi yang paling nyata. Keragaman kondisi alam mewujud dalam keragaman budaya sebagai kekayaan yang masih dapat ditelusuri dalam kehidupan sesehari pedesaan. Pengaruh pemikiran Barat yang antroposentris dan bertumpu pada penalaran industrial sedikit banyak menggeser dan menggoyahkan keberadaan budaya-budaya tersebut. Alam yang diupayakan lestari dan dihormati kemudian bergeser jauh dan dipandang sebagai penghasil atau penyedia bahan-bahan baku bagi berbagai kebutuhan industri. Alam kemudian dieksploitasi secara masif dan serentak, diperebutkan tanpa disadari keterbatasan dan kemungkinan dampak kerusakannya. Sampai pada akhirnya kemudian manusia menjadi sadar atas risiko besar yang menghadang jika cara-cara yang eksploitatif ini diteruskan lagi. Manusia menyadari tentang perlunya berpikir ulang dalam sikap dan tindakan yang selama ini sangat memusuhi alam, sebelum kerusakan masal ini tidak terhindarkan lagi.Kembali ke masa lalu tidaklah sepenuhnya realistik dan dapat dilakukan. Namun, berbagai nilai dan pengetahuan dapat menjadi dasar yang dapat ditransformasikan dan diadopsi dalam konteks kekinian. Perwujudan desain dan arsitektur tidaklah mungkin tidak memiliki awalan akar budaya, keterhubungan, kesinambungan, namun juga kajian serta tafsiran kreatif terbuka dapat dilakukan dan mungkin akan menjadi sumbangan budaya Nusantara dalam menyelamatan krisis bumi ini.
Seminar ini mengundang keterlibatkan kita bersama untuk memikirkan ulang tentang sikap yang antroposentis, benarkah jika kita menempatkan diri sebagai pusat kehidupan? Sebagai yang paling berhak dan lalu abai pada keberlanjutan keberadaan mahluk lain? Masih adakah harapan dan peluang untuk menyelamatkan kehancuran planet ini? Apakah kita hanya bisa menunggu saja tanpa ikut aktif mengupayakan perbaikan?