PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERBASIS KOMUNITAS STUDI KASUS PAGUYUBAN KALIJAWI, YOGYAKARTA

Abstract

Konsentrasi penduduk di perkotaan terus meningkat setiap tahun dan menimbulkan beragam masalah. Perencanaan dan pembangunan perkotaan jika tidak melibatkan partisipasi masyarakat, kemungkinan besar akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Sejalan dengan hal itu, Pretty dan Guijt (1992) dalam Mikkelsen (2001) menjelaskan tentang implikasi praktis dari pendekatan partisipatoris, yaitu pendekatan pembangunan partisipatoris harus mulai dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Oleh karena itu proses pembangunan juga meliputi meningkatkan kapasitas mayarakat dan mengusahakan kemauan masyarakat untuk ikut dalam proses penentuan tentang segala hal yang akan berdampak untuk mereka. Bukan mengabadikan ketergantungan yang menciptakan hubungan antara birokrasi negara dan masyarakat (Theresia et al, 2014). Pada umumnya warga pada permukiman informal tidak dapat mengakses dana pembanguan dari pemerintah karena masalah ekonomi dan administratif. Paguyuban Kalijawi sebagai organisasi masyarakat yang sebagian besar anggotanya berada pada kawasan informal bantaran sungai Gajahwong dan Winongo, melakukan perencanaan dan pembangunan kawasan secara partisipatif sebagai proposal kolektif untuk pemerintah. Penelitian ini akan menyajikan studi kasus yang dilakukan Paguyuban Kalijawi di Yogyakarta untuk mengusahakan kawasan yang layak huni. Tujuan penelitian ini adalah menawarkan cara pandang alternatif terhadap pemikiran arus-utama (mainstream) dalam pembangunan kota yang umumnya dipahami sebagai tugas utama negara dan sektor bisnis (pengembang). Pengumpulan data melakukan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan pembangunan secara partisipatif yang dilakukan Paguyuban Kalijawi dapat dinilai sebagai inovasi dalam melakukan pembangunan pada kawasan perkotaan.