MEMBACA KOTA SEBAGAI HETEROTOPIA: PRAKTIK-PRAKTIK SENI DI RUANG PUBLIK DAN APROPRIASI KOTA SEBAGAI RUANG KREATIF
Keywords:
heterotopia, praktik seni, apropriasi kota, ruang kreatifAbstract
Ruang kota merajut beragam motif kepentingan; merepresentasikan kontestasi berbagai gagasan dan persepsi; dan merayakan konflik sebagai realitasnya. Membaca kota sebagai heterotopia menjadi pijakan cara pandang terhadap ruang kota melalui pendekatan perspektif ruang menurut Michel Foucault yang membincangkan eksistensi ruang-ruang yang liyan (of other spaces). Melalui kerangka kerja simbolik dan artistik, praktik-praktik seni yang hadir di ruang-ruang publik kota menegaskan perannya sebagai bagian dari kontestasi persepsi terhadap ruang kota. Dalam pandangan Habraken (2000), persepsi adalah sebentuk kontrol manusia terhadap lingkungan yang membentuk kemampuan atau kuasa untuk mengubah lingkungan tersebut. Pada konteks ini, ruang kota menjadi medan interpretasi bagi praktik-praktik seni yang memroduksi beragam persepsi kreatif sebagai tanggapan atas bentukan-bentukan formal ruang kota. Persepsi kreatif inilah yang menghadirkan lapisan-lapisan ruang liyan yang menjadikan kota sebagai sebuah heterotopia. Tulisan ini membincangkan Antawacana (dialog), sebuah konsepsi tema dari Jogja Street Sculpture Project (JSSP) tahun 2015, sebagai kajian studi kasus dengan semesta pembicaraan yang mendudukan konsepsi heterotopia, praktik seni dan apropriasi ruang dalam relasi kausalitasnya.